Di suatu desa ada anak muda yang masih
duduk di bangku kelas VIII SMP namun memiliki bentuk tubuh yang tak semesti
usianya. Berat badan anak itu 75 kg, yang tak seharusnya jumlah seberat itu melekat
pada badan anak yang masih berumur sangat muda. Di sekolahnya terdapat berbagai
kegiatan baik itu formal maupun informal. Pemuda itu sungguh hebat, dia tidak
hanya berkiprah disatu kegiatan akan tetapi lebih dari itu. Dalam kegiatan
informal pemuda tersebut mengikuti ekstrakulikuler pramuka. Sehingga setiap
kali ada moment perkemahan, pasti tidak pernah terlambat. Hebatnya pula pemuda itu
juga mampu menduduki posisi penting dalam organisasi intra sebagai sekretaris
Osis. Namun tidak jarang halnya selain kelebihan yang dimiliki juga terdapat
kelemahan yang terkadang membuatnya minder. Karena badan yang besar, sehingga
ejekan bahkan hinaan terkadang menimpa dirinya. Teman-temanya memanggil dengan
sebutan boboho, ondel-ondel dll. Tapi kesabaran yang dimiliki membuatnya tetap
tegar dan sabar dalam menghadapi.
Suatu ketika hari itu tepatnya pada bulan Agustus dimana biasanya rutinitas yang diadakan diberbagai lembaga adalah mengadakan perlombaan. Hari itu juga perlombaan diadakan di sekolahan anak muda itu. Berbagai perlombaan mulai dari yang berbasis islam, sampai yang berbasis olahraga. Jenis perlombaan yang berbasis islam terdapat dua macam. Pertama adalah pidato Bahasa Arab dan yang kedua adalah Tilawatil Qur’an. Jenis perlombaan yang berbasis olahraga terdiri dari sepakbola, volley, bulutangkis, dan tenis meja. Pemuda yang bertubuh timbun tadi menjadi pusat perhatian selama mengikuti perlombaan. Kelihaian, potensi, juga di topang rasa percaya diri membuat para juri merasa tidak percaya ketika melihatnya. Sebab pemuda itu lihai tidak hanya berkiprah di satu jenis perlombaan, namun dia mampu mengikuti di berbagai jenis perlombaan. Setelah hari berganti malam, pengumuman dan pembagian hadiahpun di laksanakan. Seluruh murid menunggu tegang pengumuman dan satu sama lain saling berharap mendapatkan kemenangan. Namun hari itu mata puluhan orang tertuju kepada seorang pemuda yang berbadan timbun. Tercengang para murid dan para guru ketika melihat pemuda berbadan besar maju memenuhi panggilan untuk mengambil hadiah lomba yang dimenangkan. Di hadapan semua temannya pemuda tadi tersenyum sambil membawa beberapa benda yang terbungkus rapi dengan berbagai tulisan symbol kemenangan ditangannya. Simbol kemenangan itu bertulisan juara 1 lomba pidato bahasa Arab, juara 1 lomba tilawatil Qur’an, juara 1 lomba bulu tangkis, dan juara 1 lomba tennis meja, moment itu mengundang tepuk tangan dari berbagai kalangan. Pemuda yang biasanya hanya dipandang sebelah mata kini terpandang oleh ratusan mata karena torean prestasi yang membanggakan. Sungguh Hebat bukan??????????????? Seorang pemuda yang berbeda dengan anak lainnya memiliki berat badan yang tak semestinya menjadi seorang pemenang, bahkan pemenang di berbagai jenis perlombaan.
Dalam cerita tersebut kita bisa mengambil intisari dan menerapkan kedunia fana ini. Bahwa seorang pemuda yang berbadan timbun saja mampu meraih bermacam-macam prestasi yang bisa dibanggakan, sudahkan kita yang memiliki badan ideal ini menoreh prestasi yang bisa dibanggakan seperti pemuda berbadan timbun tadi????, intropeksi yang senantiasa harus kita canangkan. Terkadang memiliki badan yang ideal itu membuat kita sudah cukup untuk dibanggakan, sehingga kesungguhan dalam menggali potensi itu terabaikan. Padahal orang lain itu hanya terkesima oleh prestasi yang kita raih bukan tampang badan minim prestasi. Maka dari itu alangkah baiknya jika kita menauladani jejak pemuda tadi karena tampang bukan segala-galanya untuk meraih prestasi. Kepercayaan diri serta kesungguhan dalam mengenali dirilah yang menjadi kunci menjadi pemenang sejati.
Athif
Sambogunung, 13 September 2014