Pages

Selasa, 04 November 2014

Meningkatakan daya saing . .

Persaingan terjadi tidak semata-mata di dunia bisnis, pendidikan, atau perkerjaan. Tidak serta merta dalam kehidupan remaja maupun dewasa. Akan tetapi sejak dari anak-anak hingga orang tua persaingan akan selalu terpancar. Hal ini sepadan dengan sifat dasar yang dimiliki oleh setiap manusia, bahwa menginginkan menjadi yang terdepan adalah sebuah keinginan. Maka cara apapun dilakukan untuk memenangkan suatu kompetisi. Mereka yang bergulat di dunia bisnis, merombak barang produksi serta berbagai macam strategi guna memikat para konsumen, agar berkompeten di dunia pasar. Para pendidik juga pelajar, meski sama-sama bertujuan untuk mengabdi tetapi tersadari maupun tidak pasti unsur persaingan terselubung. Pendidik berkeinginan untuk terlihat lebih segalanya dibanding pendidik lainnya, pelajar berharap bisa menduduki rangking lebih baik dari sesamanya. Dalam dunia kerja, persaingan semakin dikedepankan demi memikat hati para atasan. 

Hidup ini medan persaingan. Coba kita lihat di rana apapun, menjadi berkompetensi merupakan sebuah obsesi. Berkedudukan tinggi merupakan suatu prioritas utama. Selama ini yang terlihat persaingan kuat itu memang seolah-olah hanya di dunia bisnis, namun bukan berarti di dunia pendidikan, atau pekerjaan tidak ada. Memang jika dilihat dari realita serta terbitan buku digramedia sangat banyak berisi tentang meningkatkan daya tawar suatu produk (dunia bisnis). Penulis mengambil bagian penting dari sub keunggulan kompetitif dalam buku MIAW (Management in absurd way). 

Menurut Michel Porter (1985) ada dua alternatif cara memenangi suatu persaingan pasar. Pertama, Menekan biaya seefisien mungkin untuk mendapat margin produk yang lebih tinggi, atau dengan menjual barang yang lebih murah sehingga bisa mendapat segmen pasar. Ini disebut sebagai keunggulan kepemimpinan biaya (cost leadership). Kedua, Menjual barang dengan nilai yang tinggi, sehingga ada justifikasi untuk harga yang lebih mahal. Meski demikian, pembeli masih tertarik membelinya karena melihat nilai yang ditawarkan produk tersebut. Ini adalah keunggulan diferesiansi.


Inti dari kedua alternatif tersebut adalah cara peningkatan daya saing dirana bisnis, pertama dengan menekan biasa sefeisien mungkin dan kedua, memaksimalkan keunggulan diferesiensi. Berbeda di dunia pendidikan atau pekerjaan. Meski berbeda, namun jika dikaitkan kedua alternatif menurut Michel  Porter dengan kehidupan lain sangat relevan. 

a. Biaya Kepemimpinan (fleksibel)
Seperti keterangan di paragraf sebelumnya bahwa biaya kepemimpinan adalah menekan biaya seefisien mungkin, sehingga mendapat respon tinggi dari konsumen. 
Jika Biaya kepemimpinan dihubungkan dengan kegiatan lain, maka layaknya disebut sebagai fleksibelitas. Karena biaya murah banyak yang suka, maka dimanapun kita berada sifat fleksibel harus senantiasa terupgrade. Semakin kita fleksibel atau mudah berhubungan dengan orang lain, maka seperti biaya produksi yang ditekan seefisen (murah). Kita menjadi lebih bermanfaat atau didayagunakan oleh orang lain tanpa ragu-ragu.
 
b. Keunggulan diferesiansi
Pembahasan mengenai keunggulan diferesiansi adalah memaksimalkan nilai-nilai yang ada untuk menunjang keunggulan kompetitor. Sangat relevan apabila alternatif ini digunakan untuk memenangi persaingan di tempat manapun. Karena semakin tahu apa nilai-nilai yang kita punya maka sangat berpengaruh untuk memaksimalkan daya  saing. Ditambah, istilah diferesiansi (perbedaan) maka perlunya kita melihat nilai-nilai atau potensi yang berbeda dengan orang lain. Dengan perbedaan nilai-nilai yang kita punya tidak terinternalisasi di pribadi orang lain, sehingga sangat berpeluang untuk memenangi suatu kompetisi. Asalkan perbedaan itu terus dilatih dan dikembangkan.