Pages

Jumat, 06 Maret 2015

Menjadi Pimpinan Sekaligus Pemimpin

"Pimpinan belum tentu menjadi pemimpin, sebaliknya. Pemimpin belum tentu menjadi Pimpinan"

Interpretasi dari kalimat diatas berasal dari kata pimpinan dan pemimpin. Artinya, pimpinan merupakan kolektivitas dari berbagai individu yang memiliki hak penuh atas kekuasaan dan tanggung jawab dalam suatu organisasi, sedangkan pemimpin lebih pada individu yang memiliki jiwa untuk mempengaruhi/mengayomi. 

Para pimpinan itu lebih jelasnya seperti manajemen perusahaan (Direktur, Manajer, Supervesior), atau para pimpinan guru madrasah (kepala sekolah, BP, Wali Kelas, guru), pimpinan pemerintahan kabupaten (Bupati, wakil Bupati, sek, Bend) dll. Mereka disebut pimpinan karena sudah jelas terhadap kekuasaan serta tanggung jawab yang tengah dimiliki. Berbeda dengan seseorang yang memiliki jiwa pemimpin. Yaitu mampu mempengaruhi dan membuat orang lain tertegun serta merasa terpanggil. Dan, ini belum tentu dimiliki oleh para pimpinan-pimpinan organisasi/instansi. Boleh jadi, bawahan atau karyawan biasa yang memiliki karakter seorang pemimpin. Bisa jadi seperti itu.

Berbagai hal yang menjadi alasan mengapa para pimpinan belum tentu menjadi pemimpin. Salah satunya adalah rendahnya integritas. Sehingga hal urgen tersebut nantinya mampu melahirkan presepsi negatif dari bawahan atau karyawan. Alhasil, setiap bentuk rekomendasi yang diberikan oleh pimpinan tidak direspon bahkan diabaikan. Maka inilah yang disebut para pimpinan belum tentu menjadi pemimpin. 

Sebaliknya, jika bawahan atau karyawan memiliki prinsip kerja tinggi. (Integritas, motivasi, dan visi) maka proposional untuk disebut sebagai seorang pemimpin. Karena prinsip yang dipegang tersebut berkompetensi untuk menjadi modal sikap yang patut dipatuhi dan diteladani. Bukankah menilik dari pengertian pemimpin itu adalah orang yang mampu memberdayakan atau menggerakkan orang lain???? Meski, tidak menjadi pimpinan atau sekedar karyawan biasa tetapi berpengaruh terhadap perubahan karakter orang lain maupun organisasi menjadi lebih baik, itu sudah cukup disebut sebagai seorang pemimpin. 

Oleh karena itu, agar relevan menjadi pimpinan sekaligus pemimpin. Hal dasar yang harus segera dibangun yaitu menguatkan integritas (tanggung jawab). Sebab didalam buku steven covey yang berjudul "Habit 8th" terdapat survei pada lebih dari 54.000 orang dan minta kepada mereka untuk menyebutkan kualitas-kualitas yang harus ada pada seorang pemimpin. Dari hasil yang diketahui, bahwa jawaban yang paling banyak diberikan adalah integritas. Hal ini mengintrepestasikan bahwa integritas merupakan paling urgen untuk menjadi pemimpin efektif. 

Kualitas tertinggi dari kepemimpinan adalah integritas yang tak tergoyahkan. Tanpa hal itu tidak ada keberhasilan sejati yang bisa diraih, di mana pun, baik di dalam kelompok, di lapangan sepak bola, di korps militer, atau di kantor. DWIGHT DAVID EISENHOWER

Namun, bukan berarti integritas saja yang menjadi landasan untuk menjadi pemimpin efektif, harus ditopang dengan kegigihan atau keahlian lainnya. Kompetensi menciptakan visi, komunikator, motivator, pengambilan keputasan dan pemberani. Sehingga kolektivitas dari berbagai keahlian tersebut akan menciptakan karakter seorang pimpinan yang memiliki jiwa kepemimpinan. 



Athif
Malang, 05 Maret 2015