Pages

Jumat, 17 Januari 2014

Menuju Puncak Kejayaan , , , ,

Waktu itu terasa berat raga ini tuk berdiri dan melangkah mengarungi samudera impian, mencari arti kehidupan, dan berbekal mencari ilmu di perantauan, tapi  beratnya raga terpias pudar oleh keelokan senyum ayah dan ibu yang senantiasa memberikan motivasi untuk terus melangkah mencari bekal yang hakiki demi menjadi insan sejati. Semangat yang terkubur sejenak kini telah tumbuh kembali merancang dan merombak strategi untuk bangkit menuju kejayaan.

Terasa tak percaya raga dan batin ini telah berpijak di kota yang begitu indah, dikenal dengan nama “kota pendidikan” , laksana hujan datang tanpa mendung. akhirnya proses awal menuju puncak kebahagiaan terwujud bisa menitih menetap merambah alam permai kota malang , kiranya teringat prioritas awal bahwa tak ada setitik harapan dalam pikiran untuk bisa melanjutkan kuliah di kota ini, hingga aku harus rela mencoba dan menerima, membongkar lapisan-lapisan dinding tebal kampus negeri ternama di jawa timur hingga lelah dan tak mampu menemukan satu jalanpun menuju kampus negeri harapan .  Tekad kuat untuk merantau mencari ilmu tak berhenti sampai disitu sampai tiba saatnya langkah kaki ini bisa berpijak pada kampus swasta ternama, yang terkenal dengan nama kampus putih “Universitas Muhammadiyah Malang”. 


Pengorbananlah yang menjadi saksi bisu, bagamaina alur perjalanan panjang sehingga aku bisa mengabdi di gedung ekonomi lantai 2 gkb 2 UMM. Memang butuh jalan bergelombang sebelum jalan lurus tanpa hambatan menuju lorong yang penuh cahaya cita-cita. “yos sudarso” itulah panggilan yang masih terniang dalam ingatan, bahkan diri ini tersimpu malu ketika teringat saat pendaftaran maha siswa baru di kampus putih. Sore itu dengan perasaan takut, ragu-ragu, memakai kaos dan celana hitam, sandal jepit, tas hitam berjalan menuju tempat pendaftaran, ketika sampai segera ku ambil formulir dan kuletakan tasku diatas tanah, duduk dan kumainkan alat tulis bergegas mengisi persyaratan yang tertera dalam lembar formulir, selesai dan segera ku serahkan pada pihak yang berwajib. “silahkan duduk didepan, nanti dipanggil” berujar salah satu staf,” iya mbk” jawabku. Menunggu lama membuat jenuh jiwa dan raga ini, hingga Lamunan sore itu menemani duduk nyaman dibangku depan gedung BCA.  Tak lama kemudian “yos sudarso”, “yos sudarso”, beberapa kali nama itu terpanggil tapi aku tak sadar bahwa yang mereka maksud adalah aku. Panggilan berulang-ulang membuat hati ini bertanya “siapa sebenarnya orang itu”??, dan ketika terdengar jelas bahwa nama itu Yos sudarso , tersentak teringat nama itu adalah nama jalan rumah yang selama ini aku bersandar , sehingga tanpa berpikir lama berdiri segera badan ini dan berjalan menuju ruangan memenuhi panggilan,  sambil menahan tawa, malu, akibat nama indah pemberian dari ayah terganti oleh nama jalan.
“saudara yos sudarso??” ,Tanya panitia pendaftaran kpadaku, “ya mbk, sebenarnya nama saya adalah …… bukan yos sudarso”, “yos sudarso itu alamat rumah” jawabku malu. Terpias sudah jawabku merubah raut wajah pantia MABA kebingungan, ditangannya telah menggenggam kertas kuning tipis berukuran 25cm x 30 cm yaitu kuitansi beridentitas nama Yos Sudarso.  ketika diteliti ternyata Akulah actor penyebab kebingungan karena sikap yang tergesah-gesah mengisi formulir membuatku lengah sehingga tanpa kusadari bahwa kolom terpenting dalam lembar formulir terabaikan .


Doooooooooooor” “pengumuman kelulusan “gerumunan kandidat maha siswa Universitas Muhammadiyah malang bersahaja bersama melihat pengumuman kelulusan, sederet pesan singkat membuat hp dalam genggaman bergetar disaat aku terlelap dalam perjalanan sepulang dari kota pendidikan menuju kota berhias iman .