Waktu itu terasa berat raga ini tuk
berdiri dan melangkah mengarungi samudera impian, mencari arti kehidupan, dan
berbekal mencari ilmu di perantauan, tapi
beratnya raga terpias pudar oleh keelokan senyum ayah dan ibu yang
senantiasa memberikan motivasi untuk terus melangkah mencari bekal yang hakiki demi
menjadi insan sejati. Semangat yang terkubur sejenak kini telah tumbuh kembali merancang
dan merombak strategi untuk bangkit menuju kejayaan.
Terasa tak percaya raga dan batin
ini telah berpijak di kota yang begitu indah, dikenal dengan nama “kota
pendidikan” , laksana hujan datang tanpa mendung. akhirnya proses awal menuju
puncak kebahagiaan terwujud bisa menitih menetap merambah alam permai kota
malang , kiranya teringat prioritas awal bahwa tak ada setitik harapan dalam
pikiran untuk bisa melanjutkan kuliah di kota ini, hingga aku harus rela mencoba
dan menerima, membongkar lapisan-lapisan dinding tebal kampus negeri ternama di
jawa timur hingga lelah dan tak mampu menemukan satu jalanpun menuju kampus negeri
harapan . Tekad kuat untuk merantau
mencari ilmu tak berhenti sampai disitu sampai tiba saatnya langkah kaki ini
bisa berpijak pada kampus swasta ternama, yang terkenal dengan nama kampus
putih “Universitas Muhammadiyah Malang”.
Pengorbananlah yang menjadi saksi
bisu, bagamaina alur perjalanan panjang sehingga aku bisa mengabdi di gedung
ekonomi lantai 2 gkb 2 UMM. Memang butuh jalan bergelombang sebelum jalan lurus
tanpa hambatan menuju lorong yang penuh cahaya cita-cita. “yos sudarso” itulah
panggilan yang masih terniang dalam ingatan, bahkan diri ini tersimpu malu
ketika teringat saat pendaftaran maha siswa baru di kampus putih. Sore itu
dengan perasaan takut, ragu-ragu, memakai kaos dan celana hitam, sandal jepit,
tas hitam berjalan menuju tempat pendaftaran, ketika sampai segera ku ambil
formulir dan kuletakan tasku diatas tanah, duduk dan kumainkan alat tulis
bergegas mengisi persyaratan yang tertera dalam lembar formulir, selesai dan
segera ku serahkan pada pihak yang berwajib. “silahkan duduk didepan, nanti dipanggil” berujar salah satu staf,” iya mbk” jawabku. Menunggu
lama membuat jenuh jiwa dan raga ini, hingga Lamunan sore itu menemani duduk
nyaman dibangku depan gedung BCA. Tak
lama kemudian “yos sudarso”, “yos sudarso”, beberapa kali nama itu terpanggil
tapi aku tak sadar bahwa yang mereka maksud adalah aku. Panggilan
berulang-ulang membuat hati ini bertanya “siapa sebenarnya orang itu”??, dan
ketika terdengar jelas bahwa nama itu Yos sudarso , tersentak teringat nama itu
adalah nama jalan rumah yang selama ini aku bersandar , sehingga tanpa berpikir
lama berdiri segera badan ini dan berjalan menuju ruangan memenuhi
panggilan, sambil menahan tawa, malu, akibat
nama indah pemberian dari ayah terganti oleh nama jalan.
“saudara yos sudarso??” ,Tanya panitia pendaftaran kpadaku,
“ya mbk, sebenarnya nama saya adalah ……
bukan yos sudarso”, “yos sudarso itu alamat rumah” jawabku malu. Terpias sudah jawabku merubah raut
wajah pantia MABA kebingungan, ditangannya telah menggenggam kertas kuning tipis
berukuran 25cm x 30 cm yaitu kuitansi beridentitas nama Yos Sudarso. ketika diteliti ternyata Akulah actor penyebab
kebingungan karena sikap yang tergesah-gesah mengisi formulir membuatku lengah
sehingga tanpa kusadari bahwa kolom terpenting dalam lembar formulir terabaikan
.
Doooooooooooor” “pengumuman
kelulusan “gerumunan kandidat maha siswa Universitas Muhammadiyah malang
bersahaja bersama melihat pengumuman kelulusan, sederet pesan singkat membuat
hp dalam genggaman bergetar disaat aku terlelap dalam perjalanan sepulang dari
kota pendidikan menuju kota berhias iman .