Presepsi merupakan penafsiran seseorang terhadap suatu objek/target. Setiap orang memiliki presepsi/penafsiran yang berbeda, meski sebenarnya melihat objek yang sama. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Seperti minat, motif, pengalaman dan latar belakang.
Seseorang yang berminat menjadi pemain bola akan cenderung melihat kesempurnaan pesepak bola lain daripada pemain bulu tangkis. Sehingga melahirkan sebuah presepsi yang disebabkan oleh kesamaan minat. Ini yang dimaksud dengan prilaku presepsi. Atau faktor pertama yang mempengaruhi presepsi. Sedangkan faktor kedua, adalah target. Target adalah gerakan, bunyi, ukuran, dan atribut-atribut lain dari target akan membentuk cara kita memandangnya. Misalnya kecelakaan dua kali dalam arena ice skating dalam seminggu dapat membuat dipresepsikan bahwa ice skating sebagai olah raga yang berbahaya. Contoh lainnya adalah suku atau jenis kelamin yang sama, cenderung dipersepsikan memiliki karakteristik yang sama atau serupa. Dan ketiga, adalah situasi. Situasi menjadi pengaruh lahirlah sebuah presepsi. Misal disebuah masjid terdapat seseorang yang sedang sholat memakai baju taqwa, sedangkan hari esoknya orang itu juga memakai baju taqwa tapi di tengah-tengah pasar. Maka hal ini akan memunculkan presepsi atau pandangan dari orang lain.
Di dalam menilai seseorang itu terkadang kita menafsirkan secara cepat, tanpa melihat pertimbangan-pertimbangan lain. Hal ini didalam buku prilaku organisasi disebut sebagai presepsi jalan pintas. Terdapat 5 jalan pintas yang sering digunakan dalam menilai orang lain, yaitu presepsi selektif, efek halo, efek kontras, proyeksi, pembentukan stereotip.
Sesuai dengan judul postingan, saya hanya memilih satu diantara lima jalan pintas. Yaitu efek halo. Sering kita mempresepsikan orang lain berdasarkan karakter tunggal. Padahal sebenarnya seseorang yang menjadi objek itu memiliki beberapa karakteristik, seperti kepandaian, keramahan atau penampilan. Tetapi karena efek halo yang dijadikan jalan pintas, maka semua karakteristik itu tertutup oleh karakter tunggal. Yaitu pendiam. Contoh, ada anak yang bernama Adi. Dia orang yang pandai, berpenampilan rapi ketika sekolah. Tetapi teman-temannya lebih mengenal dia sebagai orang yang barkarakter pendiam. Contoh lain, seorang guru yang pandai, kutu buku, tetapi kurang bisa menghidupkan suasana ketika mengajar. Maka para murid memberikan penilaian yang rendah terhadap guru tersebut.
Inilah dampak dari presepsi efek halo. Semua serba terpotong-potong, tidak menyeluruh. Mempresepsikan sesuatu dari orang lain hanya berdasarkan karakter tunggal. Dan ini harus segera kita hilangkan. Sebab, kita tahu bahwa setiap karakteristik yang dimiliki seseorang itu berbeda-beda. Tidak semua karakter itu bersifat baik, pasti ada salah satu yang harus kita mengerti dan maklumi, supaya kita bisa mengenal orang lain secara menyeluruh.