Pages

Minggu, 22 Maret 2015

Mindset Masyarakat Pedesaan

Sampai saat ini, masyarakat pedesaan masih menilai pekerjaan yang istimewa adalah menjadi seorang guru. Seorang guru terpandang memiliki kelebihan dari segi apapun, finansial maupun yang lain. Sehingga presespi tersebut  sampai sekarang masih mendara daging. Jika melihat seseorang dalam usia berapapun tetapi setiap hari menjadi guru dan mengajar disekolah, bak itu swasta maupun negeri maka masyarakat menilai orang tersebut telah memiliki kehidupan yang serbah terpenuhi.  Bahkan, hal ini tengah menjadi incaran oleh orang-orang tua yang mau menantu. Mereka lebih memilih menantu seorang guru daripada seorang pedagang.

Padahal pada hakikatnya, menjadi seorang guru dan seorang pedagang memiliki jenis pekerjaan yang berbeda. Seorang guru ibarat pegawai, menerima gaji atau upah apabila telah sampai mengajar dalam jangka waktu 1 bulan atau lebih. Seorang guru juga melaksanakan tugas karena mengikuti aturan kurikulum yang telah di tetapkan oleh pemerintah. Sedangkan, pedagang itu bekerja sesuai dengan passionnya sendiri. Tanpa menunggu diperintah atau mengikuti aturan yang telah ditetapkan. Pedagang lebih bebas dibanding dengan seorang guru. Hal ini, dilihat dari jenis dan waktu pekerjaan yang telah ditetapkannya sendiri. Mendapatkan gajipun tidak seperti seorang pegawai yang harus menunggu 1 bulan terlebih dahulu baru boleh diambil, melainkan kapan menit, jam, dan hari apapun bebas untuk diambil. Karena seorang pedagang sendiri  yang telah mengatur dan menentukan itu semua. Ini yang membedakan antara seorang guru dan pedagang. 

Maka dari itu, mindset masyarakat pedesaan yang masih mendewakan seorang guru harus segera direkonsturksi. Karena perbandingan perolehan diantara keduanya tidak berimbang. Seorang guru cenderung menerima gaji dalam jumlah nominal yang berkisar masih jauh dibanding perolehan omzet maupun laba seorang pedagang yang berproduktif. Seperti halnya contoh berikut ini, 

Adi seorang guru tingkat sekolah dasar. Setiap hari beliau pergi pagi untuk pergi ke sekolahan. Adi terkenal dengan guru yang sangat rajin, setiap harinya tidak pernah telat dan tidak pernah bolos mengajar asalkan sedang sakit atau berhalangan. Tetapi, meski terkadang berhalangan Adi masih sempat memberikan soal latihan dan dititipkan kepada TU sekolah. Kemudian disampaikan kepada kelas agar tidak kosong. 
Adi mengajar disekolahan swasta, gaji yang diperoleh setiap bulannya sampai 6-800 ribu rupiah. Meski Adi terkenal dengan Kedisiplinan, tetapi masih tidak mampu menunjang gaji bulanan sampai berkisar lebih dari 1 jt. Berbeda dengan, Norman. Setiap harinya Norman bangun jam 3 pagi, kemudian bergegas untuk belanja sayuran. Kemudian sayur-sayuran tersebut didagangkan keliling setelah jamah shubuh. Laba yang diperoleh setiap harinya sampai 100 ribu, dan apabila Norman 1 bulan penuh berdagang, maka laba atau gaji yang diperolehnya sampai 3 jt. 

Setelah adanya cerita tersebut menjadi lebih gamblang, bahwa pekerjaan seorang guru dan pedagang itu berbeda. Gaji yang diperoleh pun berbeda. Tetapi mengapa mindset masyarakat pedesaan sampai sekarang masih terisolasi?? Mungkin efek dari gambaran kasar atau sepenglihatan dari mata luar saja. Artinya, masyarakat menilai seseorang lebih menitik beratkan pada penampilan. Seseorang berpenampilan rapi, necis maka masyarakat menilai orang tersebut seperti orang penting (orang kaya), sebaliknya melihat orang dan jenis pekerjaan yang tidak merepresentasikan bentuk penampilan yang rapi atau cool maka orang tersebut dijudge orang biasa (punya alakadarnya). Seperti halnya seorang guru dan pedagang tadi. Padahal sebenarnya jika ditilik lebih detail, diantara keduannya memiliki harta atau perolehan gaji yang tidak sepadan. Si penampilan sederhana justru lebih mendominasi dalam segi nominal.