Pengelolahan Sumber daya Alam (SDA)
serta Sumber Daya Manusia (SDM) secara intensif dapat memperbaiki citra serta
menambah income suatu desa. Termasuk Desa Sambogunung Dukun Gresik
(DSDG). Potensi yang dimiliki DSDG sangat proposional untuk dijadikan modal
pembangunan SDA maupun SDM. SDA melimpah dan potensi SDM mumpuni. Dalam pembahasan
kali ini penulis lebih menitik beratkan pemberdayaan pada potensi SDM (remaja).
Jika dilihat dari fenomena kehidupan, remaja di DSDG memiliki potensi yang
berbeda satu sama lain. Lebih jelasnya berikut gambaran mengenai potensi di
dunia pendidikan dan kreativitas.
Sekitar 5 tahun silam, mindset masyarakat
terhadap menyekolahkan anak di desa masih merekat. Dampak dari itu koneksi remaja dahulu sangat
terbatas. Berbanding di era sekarang, tidak jarang yang baru lulus SMP langsung
melanjutkan ke SMA favorit di wilayah kota. Begitu juga masa perkuliahan. Sekarang
remaja DSDG sudah mengikuti perkembangan zaman untuk melanjutkan kuliah di perguruan
tinggi negeri (PTN) atau perguruan tinggi swasta (PTS) favorit. Hal ini
membuktikan bahwa jarak tidak lagi menjadi penghalang, sekarang yang
diprioritaskan adalah kualitas. Meski demikian, dibalik kesungguhan remaja di
dunia pendidikan, terdapat juga remaja yang bersikap apatis terhadap
peningkatan intelektual. Memang, remaja yang bersinergi di dunia pendidikan
masih mendominasi, namun remaja yang tidak melanjutkan sekolah ke jenjang SMA
hampir sekitar 5-10% dan 30% remaja lebih memilih bekerja dibanding
melanjutkan kuliah. Hal tersebut, bukan berindikasi remaja tidak mau mengenal
dunia pendidikan, namun setelah di riset terdapat berbagai faktor penyebab
remaja kesulitan untuk melanjutkan sekolah atau kuliah. Salah satunya adalah
biaya.
Dilihat dari segi kreativitas. Remaja DSDG
telah berprestasi dengan menciptakan berbagai wadah untuk berkreasi, baik itu
organisasi maupun komunitas. Organisasi remaja masjid (Remas), Arek
sambogunung (Arsam Production), APP (Alumni peduli pendidikan), dan (Ashabul
Khafi). Terdapat juga Komunitas (Motley) (kepenulisan)
(Bahasa inggris). Organisasi remas dan ashabul khafi sebenarnya sama yaitu
organisasi yang bergerak dibidang keislaman, bedanya remas lebih didominasi
kaum dewasa sedangkan ashabul khafi didominasi remaja yang masih study tingkat
SMA. Arsam Production, organisasi ini berdiri untuk menampung remaja yang
memiliki potensi di dunia entertainment. Meski kurang dari 2 tahun berdiri
Arsam production telah menoreh prestasi dengan memproduksi 2 film. Film pertama
berjudul “mengejar mimpi”, dan film kedua berjudul “menggapai bintang”. Aktris
yang berperan di film tersebut seluruhnya berasal dari remaja lokal. Kemudian
organisasi Alumni penduli pendidikan (APP), organisasi ini lahir bervisi untuk
membantu remaja yang tidak mampu melanjutkan sekolah. Sistem pendanaan
ditunjang dari “urunan” antar alumni. Selain itu, Kreativitas remaja juga
berbentuk komunitas. Motley, komunitas ini identik dengan para pemuda.
Adapun kegiatan yang terprogram di komunitas tersebut lebih pada rana sosial. Selanjutnya
“kepenulisan”. Komunitas ini merupakan wadah untuk memotivasi para
remaja agar berkecimpung di dunia kepenulisan. Rutinitas pelatihan kepenulisan
di laksanakan setiap jum’at sore di gedung Madrasah sekaligus mendatangkan materi
langsung dari luar desa. Beragam organisasi dan komunitas yang telah diciptakan
oleh remaja DSDG sudah menjadi bukti, bahwa kekayaan di DSDG bukan sekedar
mengandalkan SDA namun produktivitas SDM.
Melihat sekilas mengenai pendidikan
serta kreativitas remaja, bukan berarti DSDG terlepas dari kenakalan remaja
pada umumnya. Anak malas belajar, keinginan membaca masih minim, minuman-minuman
keras, tawuran, balapan sepeda motor masih membudaya dan semakin merajalela.
Ironisnya pelaku tindakan tersebut bukan hanya dari kalangan dewasa, melainkan
remaja yang masih duduk dibangku sekolah. Apalagi masalah merokok, di DSDG
sekarang semakin sulit membedakan mana orang tua dan anak muda. Karena pada
dasarnya perokok adalah mereka yang sudah berpenghasilan, atau bekerja. Tetapi
hal itu di era sekarang dianggap sebatas teori belaka, sebab pada realitanya
anak baru gede (ABG) sekarang banyak yang sudah menjadi pecandu rokok.
Kelihatannya sepele, namun efek negatif dari ABG pecandu rokok bekesinambungan.
Pernah suatu ketika ada beberapa ABG yang masih berstatus pelajar tetapi sudah
perokok berat. Sehingga dampak dari itu, mengkonsumsi rokok ibarat suatu
kebutuhan. Tatkala remaja tersebut tidak mempunyai uang buat beli rokok, apapun
caranya dilakukan yang penting mereka bisa merokok, sehingga mereka tekat
mencuri 1 pak rokok di toko milik orang. Inilah efek berkesinambungan dari
pelajar yang sudah tercandu rokok.
Setelah menelusuri kontribusi remaja
dirana pendidikan, kreativitas serta kenakalan. Penulis mencoba memberi
beberapa gagasan untuk mewujudkan remaja yang berintelektual, kreatif, dan berproduktif.
Di dunia pendidikan :
Pertama. Pentingnya kebijakan baru yang harus
di buat oleh pemdes setempat terkait kewajiban belajar. Kebijakan tersebut
dilaksanakan setiap hari efektif (Sabtu – jum’at) jam 6 sampai jam 8 malam.
Kedua, Pemdes
harus memiliki tolak ukur keberhasilan kebijakan kewajiban belajar. Salah satu
cara mengetahui indikator keberhasilan kebijakan tersebut dengan diadakannya
perlombaan yang berkaitan dengan pendidikan. Cerdas cermat tiap rt misalnya.
Ketiga, Selain
membuat kebijakan pemdes harus senantiasa mampu memotivasi. Motivasi disini
bisa berbentuk penghargaan kepada siswa, atau mahasiswa yang berprestasi.
Keempat,
Pembangunan gedung
perpustakaan harus segera direalisasikan, sebagai sarana untuk mengembangkan
minat membaca.
Sebelum terciptnya gagasan dalam segi
kreativitas, penulis terlebih dahulu meluruskan mengenai kenakalan remaja.
Sebenarnya istilah kenakalan remaja itu hanya karena bahasa pada umumnya. Namun
pada hakikatnya remaja yang dibilang nakal itu memiliki kreativitas yang belum
tersedia wadah untuk berkarya. Berikut penulis mencoba memberi gagasan :
Pertama, remaja
yang suka tawuran sebenarnya bukan masalah kenakalan, namun wadah untuk
menampung remaja yang berpotensi seperti sedemikian masih belum tersedia.
Mungkin dengan adanya pelatihan pencak silat, kemudian dilanjutkan dengan diadakannya
kompetisi pencak silat, pemuda yang awalnya senang tawuran bisa beralih profesi
untuk nimbrung di komunitas tersebut.
Kedua, remaja
yang suka merokok, mabuk-mabukan itu sebenarnya disebabkan karena waktu luang
tanpa aktivitas. Oleh karenanya, cara mengatasi problem demikian maka
harus memanfaatkan potensi SDA. Renovasi lapangan olahraga, Sepak bola, Volley,
bulu tangkis, tennis meja. Mengapa harus demikian??? Sebab dengan adanya
lapangan serta kepelatihan secara intensif, remaja perokok bisa terkendali.
Alasannya karena remaja yang senang berolahraga , biasannya mereka
menjauhi perbuatan yang merusak fisik, seperti merokok dll.
Ketiga, remaja
yang suka balapan sepeda motor. Selama ini balapan sepeda dilakukan dijalan
raya itu beralasan karena tidak memiliki lintasan sendiri untuk bertanding.
Disisi lain, balapan sepeda motor merupakan kegiatan yang taruhannya nyawa.
Maka alangkah lebih baik pemdes membuat alternative lain untuk mengalih
profesikan remaja yang suka balapan menjadi remaja kreatif dibidang otomotif.
Sehingga meninjau peralihan kesenangan tersebut, dibutuhkan lokasi khusus untuk
kepelatihan dan pengembangan remaja dibidang otomotif.