Pages

Selasa, 18 November 2014

Hikmah dibalik naiknya BBM

Kemarin, tepat pukul 21.00 WIB Presiden RI ke 7 Jokowi telah menyampaikan surat keputusan tentang naiknya harga BBM.  Harga premium yang asalnya 6.500 kini menjadi 8.500 dan solar 5.500 menjadi 7.500 atau naik 2.000. Setelah usai keputusan tersebut disampaikan, berbagai kalangan bergejolak marah dan menyalahkan kinerja pemerintah. Bahkan, meski malam hari sebagian masyarakat rela untuk melakukan demonstrasi turun ke jalan sambil membawa spanduk bertulisan "Turunkan Harga BBM", tulisan bersimbol kekecawaan terhadap presiden Indonesia yang baru, memblokir dan membakar ban ditengah jalan. Bermunculan komentar para toko politik yang bersifat mengkerdilkan. Selain itu, di sosial media seperti facebook, twitter status tentang naiknya BBM juga menjadi topic trending dan setiap acara berita di tv juga tidak luput untuk menyiarkan. Intinya, lebih banyak yang kontra dibanding yang pro terhadap keputusan pemerintah atas penghapusan subsidi BBM. 

Kejadian ini sama seperti era Presiden SBY, dimana saat itu demonstrasi terjadi dimana-mana, komentar negatif dari berbagai kalangan. Namun, setelah 3-4 bulan masyarakat mulai mereda dan bisa beradaptasi dengan harga baru. Sehingga harga segitu tidak lagi menjadi masalah, ironinya masyarakat dalam mengkonsumsi alat transportasi seperti mobil, sepeda motor semakin melonjak. Akibatnya dikota-kota besar sulit atas preventif terhadap kemacetan. 

Tentu didalam pengambilan keputusan presiden dan jajarannya sudah memikirkan matang-matang sebelumnya mengenai dampak positif dan negatif jika subsidi BBM dicabut. Karena selama ini subsidi BBM dianggap tidak tepat sasaran. Yang asalnya subsidi ditujukan kepada masyarakat miskin, tetapi faktanya lebih mengena pada masyarakat elit. Menurut pengamat bahwa yang mengkonsumsi subsidi BBM 53% pengguna mobil, pemilik motor 47%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar yang mengkonsumsi subsidi BBM adalah kalangan orang kaya. Disisi lain, penyebab naiknya harga BBM dikarenakan APBN tahun 2015 Rp 2.039 triliun. "Di dalam APBN itu, subsidi RP 443 triliun, subsidi BBM Rp 303 triulun. Sehingga diperkirakan dalam 5 tahun untuk subsidi BBM Rp 714 triliun. Sedangkan untuk membangun infrastruktur hanya Rp 507 triliun  dan Rp 202 triliun untuk kesehatan. Bener enggak?? setiap hari kita bakar Rp 714 triliun" ujar Jokowi di Istana Negara. Dibalik semua ini pemerintah sudah menyiapkan strategi untuk mengalihkan dana subsidi ke dalam sektor produktif, seperti pembangunan infrastruktur, perlindungan sosial untuk keluarga miskin dan hampir miskin, serta mewujudkan sektor maritim. 

Seperti itulah alasan pemerintah dalam penghapusan subsidi BBM. Mereka  berusaha untuk memberikan yang terbaik kepada masyarakat, meski belum kelihatan sekarang tetapi kita harus yakin dikemudian hari Indonesia menjadi bangsa yang berkemajuan. Peralihan subsidi membuat kesejahteraan masyarakat semakin terjamin, dan pelayanan kesehatan maupun pendidikan semakin membaik. Pro dan kontra di sebuah negara itu sudah hal biasa, namanya juga setiap manusia memiliki presepsi berbeda. Tetapi??? satu hal yang perlu dicermati, Indonesia baru saja menyelenggarakan pemilihan Presiden dan ada pihak yang tidak bisa menduduki kursi kepresidenan/kementrian. Maka, jangan sampai adanya keputusan penghapusan subsidi BBM seperti ini kemudian diprovokasi oleh koalisi yang kalah untuk mencari titik lemah seorang presiden. Jika hal ini sampai benar-benar terjadi, sampai kapanpun setiap kebijakan yang diputuskan oleh pemerintah tidak ada benarnya. Terus, kapan Indonesia bisa menjadi bangsa persatuan???

Setiap momentum pasti ada manfaat yang dapat diambil. Pertama, adanya keputusan penghapusan subsidi BBM, semoga pemerintah benar-benar mengalokasikan ke sektor ekonomi produktif. Agar masyarakat dalam jangka pendek dapat merasakan kesejahteraan dan produktivitas pendatapatan. Kedua, dampak subsidi BBM selama ini membuat utang negara semakin membengkak. Dampak positif dari moment ini semoga dana subsidi bisa diberdayakan untuk menutupi utang negara. Ketiga, di zaman sakarang masyarakat biasanya lebih memakai transportasi berbahan bakar minyak meski hanya berjarak 1 km. Seperti, maraknya murid bersekolah berkendara sepeda motor, begitu juga mahasiswa, guru dan dosen juga demikian. Sangat berbeda dengan kehidupan di era terdahulu. Alangkah lebih baik naiknya harga BBM menjadi faktor untuk bersinergi terhadap manjamen uang lebih ke arah saving. Memakai sepeda onthel jika arah yang dituju masih berjarak sekitar 1-3 km. Hikmahnya, perjuangan menjadi lebih teras. Selain itu kemacetan dijalan semakin terkendali. Keempat, kali ini hikmah dinikmati oleh  transportasi umum. Kenaikan BBM membuat 50% pendapatan semakin meningkat.