Pendidikan
karakter tidak mudah terinternalisasi dalam waktu sekejap. Butuh waktu
yang berkesinambungan. Apalagi jika pendidikan karakter diterapkan hanya
dalam sebuah instansi. Sekolah, kampus misalnya. Maka dibutuhkan waktu
yang lebih rentang untuk mencapai suatu perubahan. Karena pada dasarnya
pendidikan karakter yang paling tepat bukan hanya sekedar teori,
melainkan dedikasi nyata.
Dalam revolusi mental tentu bukan hanya menggantung pada pendidik formal, tapi keluarga menjadi faktor penting. Guru atau dosen bertatap muka dengan siswa atau mahasiswanya cuma dalam waktu sedikit. Metode pembelajaran pun sebagian banyak teori yang disampaikan, padahal karakter sangat berkaitan dengan aksi. Pengaruh guru atau dosen sangat berbeda dengan orang tua dan kolega. Oleh karenanya, kebiasaan, kepribadian orang tua sering dilihat, ditiru dan mudah terinternalisasi di pribadi seorang anak. Pribadi baik dan buruknya seseorang tergantung siapa yang mendidik. Sehingga benar pribahasa "buah jatuh tak jauh dari pohonnya", pribahasa yang sama arti bahwa karakter pada anak tak jauh beda dengan karakter orang tua yang mengasuhnya sejak kecil. Orang tua malas, melahirkan sifat kemalasan pada anak. Begitu juga orang tua rajin beribadah, melahirkan pula anak yang rajin beribadah. Sehingga keluarga harus menjadi media percontohan yang bersifat positif. Disini peran orang tua sangat penting untuk merangsang prilaku baik seorang anak.
Seperti halnya negara kita yang lucu ini, minum-minuman keras, pemerkosaan, perselingkuhan, seakan tak lagi momok yang menakutkan. terlebih miris menyaksikan perbuatan keji para atasan kita. Mereka yang katanya hadir untuk rakyat. Tapi menduduki kursi bukan untuk melindungi, malah merampas hak masyarakat. Sebagian pelaku adalah anak muda. Tapi tidak jarang orang-orang yang sudah berkepala 3 bahkan 5 juga melakukan tindakan bejat seperti itu. Seperti kejadian kemarin malam dalam sidang DPR, benar-benar prilaku yang tidak patut dijadikan panutan. Sehingga dapat disimpulkan jika ada berita dalam koran maupun sosial media, baik itu tentang kejahatan, tawuran, pencurian oleh pemuda bangsa, tidak usah heran. Prilaku kaum muda tidak jauh beda dengan prilaku atasan yang menaunginya (DPR, MPR, Pemerintah.dll). Ini sebenarnya yang harus menjadi bahan perenungan. Bagaimana mungkin bangsa ini melahirkan generasi penerus bersahaja, disisi lain para atasan yang berlagak seperti anak berusia belasan. Sampai begitu besar pengaruh defisit integritas kaum tua terhadap degradasi moral kaum muda. Kaum tua mempengaruhi kaum muda . .
Mendidik anak tidak semudah mengoperasikan mesin. Mesin sudah jelas benda mati, berbeda dengan manusia. Mengoperasikan benda mati jauh lebih mudah, karena sudah tertera metode-metode yang bersifat permanen. Mudah dipelajari. Sedangkan manusia punya hati, sehingga pengelolahan sumber daya manusia di butuhkan kesabaran dan ketelitian. Hati manusia berbolak-balik, bisa jadi sekarang ngomong ini, 5 detik kemudian ngomong itu. Begitu juga dengan anak. Terkadang ketika dirumah berprilaku sopan tapi berbeda seketika sudah berada jauh dari orang tua. Terkadang juga anak pandai diusia anak-anak, namun karena pergaulan yang salah, ketika remaja anak terjerumus dalam pergaulan bebas. Maka dari itu peran orang tua dalam mendidik anak sangat dibutuhkan, dan berkesinambungan. Berikut hal-hal pokok yang harus diberikan, ,antara lain :
Ilmu
Orang tua wajib membekali buah hatinya ilmu. Baik itu ilmu Agama maupun Dunia. Sebab dengan bekal ilmu Agama, Anak mengenal Apa agamanya, siapa Tuhan yang menciptakan, Nabi yang menjadi tauladan, Kitab suci yang menjadi pedoman, dll. Setelah terbekalli, InsyaAllah anak mengerti dan dapat memahami mana yang merupakan perintah dan larangan Allah SWT. Sehingga dengan pemahaman, anak tidak mudah terjerumus ke jurang kemaksiatan. Selain itu berbekal ilmu agama bisa dijadikan sebagai pondasi untuk tidak mudah terpengaruh arus lingkaran syetan.
Sedangkan pentingnya orang tua memberikan bekal Ilmu dunia kepada anak tidak lain adalah untuk kemaslahatan hidup didunia. Dengan Ilmu dunia, anak mengerti bagaimana seharusnya berhubungan antar sesama, saling menolong, bekerja sama, dll. Ilmu dunia juga bisa menemukan potensi anak, sehingga pontensi tersebut sebagai daya untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat kelak.
Teladan
Seperti pembahasan awal bahwa orang tua sangat berpengaruh terhadap pendidikan karakter. Alasan pertama, karena sejak kecil anak hidup bersama ayah dan ibunya. Kedua, prilaku orang tua sering dilihat oleh anak, ketiga, Akibat sering terlihat, prilaku orang tua tersebut dicontoh oleh anak. Maka dari itu kepribadian, prilaku orang tua harus bisa dijadikan teladan. Sebab, sering kali anak mengimitasi setiap hal yang dilakukan orang tua.
Kasih Sayang
Kasih sayang merupakan motivasi bagi anak untuk menumbuhkan cinta, baik itu cinta keluarga maupun sesama. Pemberian kasih sayang pada anak sewaktu masih kecil dan dewasa berbeda. Waktu kecil, orang tua lebih memberikan kasih sayang dalam bentukan tindakan seperti : pelukan, ciuman, sentuhan dll. Namun berbeda kasih sayang diberikan kepada anak yang sudah berusia remaja. Memberikan pelukan, ciuman tidak mungkin diterapkan pada anak berusia remaja, karena rata-rata rasa malu anak masa itu memuncak. Masa remaja adalah masa pubertas, labil. Dimana masa itu anak sedang mencari jati diri, sehingga orang tua harus lebih peka dan tahu apa yang dibutuhkan sang buah hati. Salah satu metode pemberian kasih sayang kepada anak berusia remaja adalah tidak bosan bertanya dan mengingatkan. Ujian kapan nak??, sudah bayar ujian belum??, sudah belajar?? dan yang paling penting yaitu selalu mengingatkan anak untuk sholat.Tentu dalam hal bertanya atau mengingatkan dengan penggunaan bahasa yang kalem. Sehingga orang tua lebih berwibawa di mata anaknya.
Pengawasan
Setelah ilmu, teladan, dan kasih sayang. Pengawasan intensif harus senantiasa diberikan oleh orang tua. Pengawasan dilakukan bisa melalui orang tua kedua, bertanya kepada guru misalnya. Kemudian diperlukan keahlian orang tua dalam menggunakan media sosial. Remaja zaman sekarang mengalami degradasi moral bisa juga disebabkan karena salah menelaah informasi di dunia maya. Banyak sekali contoh kasus penculikan, pembunuhan yang awalnya hanya berkenalan dari facebook. Hal ini yang menjadi landasan mengapa orang tua harus bisa memantau serta mahir dalam penggunaan sosial media.
Athif
03, Oktober 2014