Aksi 212 kembali digelar, setelah aksi 411 berjalan damai. Dan, aksi 212 tersebut telah diikuti oleh jutaan umat Islam. Padahal awalnya, banyak yang mengira aksi 212 tidak akan sebanyak aksi 411. Namun, perkiraan itu salah. Dan ternyata, ada dua hal yang dapat memicu derasnya jumlah peserta aksi 212.
Pertama, setelah aksi 411 digelar, akhirnya ada reaksi dari kapolri untuk segera melakukan pemeriksaan. Alhasil, adanya penetapan tersangka pada A hoak. Publik pun sedikit merasa puas. Tapi, setelah diamati sepertinya ada keganjalan pada penetapan tersangkat tersebut. Apalagi dibandingkan dengan tersangka yang sudah-sudah biasanya langsung ditahan. Namun, tidak demikian dengan A hoak. Maka timbulah reaksi dari sebagian umat Islam untuk kembali melakukan aksi 25 November, tapi tidak jadi. Kemudian, Kapolri memeriksa Buni Yani dengan tuntutan penyebar isu makar. Alhasil, penetapan tersangka pun ditetapkan. Dan Buni Yani ditahan.
Publik merasa penegakkan hukum tumpul keatas tajam kebawah. Sama-sama tersangka, tapi ditegakkan secara diskriminatif. A hoak dibiarkan berkeliaran, dan Buni Yani ditahan. Sebab itulah sebagian umat Islam semakin geram. Setelah melihat realitas tersebut semakin mengundang reaksi jutaan Umat Islam. Tanggal aksi pun ditetapkan, 212. Aksi yang agendanya berbeda dengan aksi 411 sebelumnya. Agenda aksi diisi dengan kegiatan Sholat jamaah dan do'a bersama.
Ketiga, Sebenarnya paska aksi 411 keadaan mulai redam. Meski, ada sedikit gesekkan akibat Presiden tidak mau menemui Ulama dan peserta aksi. Ditambah lagi, adanya pihak yang katanya menunggangi aksi tersebut. Berniat melakukan makar. Namun, tuduhan-tuduhan tersebut tidak terbukti. Kembali setelah kepastian aksi 212 digelar, kekhawatiran pemerintah semakin besar. Mereka bersafari kebeberapa instansi. Tujuannya untuk meredam, bahkan membuat kebijakan angkutan umum dilarang mengangkut peserta aksi bela islam 3 ke Jakarta.
Kebijakan tersebut mengundang kemarahan dari berbagai kalangan. Seolah olah negeri demokrasi hanya sebatas dongeng. Sedikit demi sedikit opini masyarakat mulai dibungkam. Melihat hal itu, para peserta aksi tidak pantang pulang. Sebagian dari mereka rela berjalan kaki dari Ciamis ke Jakarta. Begitu juga dari beberapa daerah yang sampai menyewa pesawat demi aksi 212. Dua fenomena tersebut, telah memicu semangat dari umat Islam lain. Sehingga umat Islam dari berbagai penjuru bersatu hadir dalam aksi bela Islam. Mereka beraksi dengan damai bermartabat. Tidak sedikitpun rerumputan diinjak hingga rusak.
Diaksi 212 tersebut, ada pemandangan yang berbeda dibanding aksi 411. Kapolri duduk bersama dengan para ulama sembari memberikan wejangan. Disusul Pak Jokowi didampingi beberapa menteri hadir dan duduk bareng bersama ulama dan peserta aksi. Yang sepertinya pak Jokowi tidak ingin mengulang kesalahan yang kedua kalinya. Suasana semakin redam. Aksi diakhiri tanpa adanya gesek-gesekan. Presiden memuji para peserta aksi, yang telah melakukan aksi dengan super damai, sesuai dengan slogannya.
Kebijakan tersebut mengundang kemarahan dari berbagai kalangan. Seolah olah negeri demokrasi hanya sebatas dongeng. Sedikit demi sedikit opini masyarakat mulai dibungkam. Melihat hal itu, para peserta aksi tidak pantang pulang. Sebagian dari mereka rela berjalan kaki dari Ciamis ke Jakarta. Begitu juga dari beberapa daerah yang sampai menyewa pesawat demi aksi 212. Dua fenomena tersebut, telah memicu semangat dari umat Islam lain. Sehingga umat Islam dari berbagai penjuru bersatu hadir dalam aksi bela Islam. Mereka beraksi dengan damai bermartabat. Tidak sedikitpun rerumputan diinjak hingga rusak.
Diaksi 212 tersebut, ada pemandangan yang berbeda dibanding aksi 411. Kapolri duduk bersama dengan para ulama sembari memberikan wejangan. Disusul Pak Jokowi didampingi beberapa menteri hadir dan duduk bareng bersama ulama dan peserta aksi. Yang sepertinya pak Jokowi tidak ingin mengulang kesalahan yang kedua kalinya. Suasana semakin redam. Aksi diakhiri tanpa adanya gesek-gesekan. Presiden memuji para peserta aksi, yang telah melakukan aksi dengan super damai, sesuai dengan slogannya.
Athif, 03 Desember 2016